avatar Tidak diketahui

Pos-pos oleh Kang Guru

Kang Guru

Kumpulan Tausiyah Dhuha (Ke-4) *5 Perusak Hati*

Tetap Dhuha di Rumah ya…
Minimal 4 rokaat.. terus baca tausiyah dari Bapak, semoga kalian makin Sholeh..

5 Perusak Hati
Oleh Kang HaRi

Hati adalah pengendali. Jika ia baik, baik pula perbuatannya. Jika ia rusak, rusak pula perbuatannya. Maka menjaga hati dari kerusakan adalah niscaya dan wajib.
Tentang perusak hati, Imam Ibnul Qayyim rahimahullah menyebutkan ada lima perkara, ‘bergaul dengan banyak kalangan (baik dan buruk), angan-angan kosong, bergantung kepada selain Allah, kekenyangan dan banyak tidur.’

Bergaul dengan banyak kalangan
Pergaulan adalah perlu, tapi tidak asal bergaul dan banyak teman. Pergaulan yang salah akan menimbulkan masalah. Teman-teman yang buruk lambat laun akan menghitamkan hati, melemahkan dan menghilangkan rasa nurani, akan membuat yang bersangkutan larut dalam memenuhi berbagai keinginan mereka yang negatif.
Dalam tataran riel, kita sering menyaksikan orang yang hancur hidup dan kehidupannya gara-gara pergaulan. Biasanya out put semacam ini, karena motivasi bergaulnya untuk dunia. Dan memang, kehancuran manusia lebih banyak disebabkan oleh sesama manusia. Karena itu, kelak di akhirat, banyak yang menyesal berat karena salah pergaulan.

Allah berfirman: “Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zhalim menggigit dua tangannya seraya berkata, ‘Aduhai (dulu) kiranya aku mengambil jalan bersama-sama Rasul. Kecelakaan besarlah bagiku, kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si fulan itu teman akrab(ku). Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al-Qur’an ketika Al-Qur’an itu telah datang kepadaku.” (Al-Furqan: 27-29).
“Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang bertakwa.” (Az-Zukhruf: 67).
“Sesungguhnya berhala-berhala yang kamu sembah selain Allah adalah untuk menciptakan perasaan kasih sayang di antara kamu dalam kehidupan dunia ini, kemudian di hari Kiamat sebagian kamu mengingkari sebagian (yang lain) dan sebagian kamu melaknati sebagian (yang lain), dan tempat kembalimu adalah Neraka, dan sekali-kali tidak ada bagimu para penolong.” (Al-Ankabut: 25).
Inilah pergaulan yang didasari oleh kesamaan tujuan duniawi. Mereka saling mencintai dan saling membantu jika ada hasil duniawi yang diingini. Jika telah lenyap kepentingan tersebut, maka pertemanan itu akan melahirkan duka dan penyesalan, cinta berubah menjadi saling membenci dan melaknat.
Karena itu, dalam bergaul, berteman dan berkumpul hendaknya ukuran yang dipakai adalah kebaikan. Lebih tinggi lagi tingkatannya jika motivasi pertemanan itu untuk mendapatkan kecintaan dan ridha Allah.

Larut dalam angan-angan kosong
Angan-angan kosong adalah lautan tak bertepi. Ia adalah lautan tempat berlayarnya orang-orang bangkrut. Bahkan dikatakan, angan-angan adalah modal orang-orang bangkrut. Ombak angan-angan terus mengombang-ambingkannya, khayalan-khayalan dusta senantiasa mempermainkannya. Laksana anjing yang sedang mempermainkan bangkai.
Angan-angan kosong adalah kebiasaan orang yang berjiwa kerdil dan rendah. Masing-masing sesuai dengan yang diangankannya. Ada yang mengangankan menjadi raja atau ratu, ada yang ingin keliling dunia, ada yang ingin mendapatkan harta kekayaan melimpah, atau isteri yang cantik jelita. Tapi itu hanya angan-angan belaka.
Adapun orang yang memiliki cita-cita tinggi dan mulia, maka cita-citanya adalah seputar ilmu, iman dan amal shalih yang mendekatkan dirinya kepada Allah. Dan ini adalah cita-cita terpuji. Adapun angan-angan kosong ia adalah tipu daya belaka. Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam memuji orang yang bercita-cita terhadap kebaikan.

Bergantung kepada selain Allah
Ini adalah faktor terbesar perusak hati. Tidak ada sesuatu yang lebih berbahaya dari bertawakkal dan bergantung kepada selain Allah. Jika seseorang bertawakkal kepada selain Allah maka Allah akan menyerahkan urusan orang tersebut kepada sesuatu yang ia bergantung kepadanya.

Allah akan menghinakannya dan menjadikan perbuatannya sia-sia. Ia tidak akan mendapatkan sesuatu pun dari Allah, juga tidak dari makhluk yang ia bergantung kepadanya.

Allah berfirman, artinya: “Dan mereka telah mengambil sembahan-sembahan selain Allah, agar sembahan-sembahan itu menjadi pelindung bagi mereka. Sekali-kali tidak, kelak mereka (sembahan-sembahan) itu akan mengingkari penyembahan (pengikut-pengikutnya) terhadapnya, dan mereka (sembahan-sembahan) itu akan menjadi musuh bagi mereka.” (Maryam: 81-82)
“Mereka mengambil sembahan-sembahan selain Allah agar mereka mendapat pertolongan. Berhala-berhala itu tidak dapat menolong mereka, padahal berhala-berhala itu menjadi tentara yang disiapkan untuk menjaga mereka.” (Yasin: 74-75)
Maka orang yang paling hina adalah yang bergantung kepada selain Allah. Ia seperti orang yang berteduh dari panas dan hujan di bawah rumah laba-laba. Dan rumah laba-laba adalah rumah yang paling lemah dan rapuh. Lebih dari itu, secara umum, asal dan pangkal syirik adalah dibangun di atas ketergantungan kepada selain Allah.

Orang yang melakukannya adalah orang hina dan nista. Allah berfirman, artinya: “Janganlah kamu adakan tuhan lain selain Allah, agar kamu tidak menjadi tercela dan tidak ditinggalkan (Allah).” (Al-Isra’: 22)
Terkadang keadaan sebagian manusia tertindas tapi terpuji, seperti mereka yang dipaksa dengan kebatilan. Sebagian lagi terkadang tercela tapi menang, seperti mereka yang berkuasa secara batil.

Sebagian lagi terpuji dan menang, seperti mereka yang berkuasa dan berada dalam kebenaran. Adapun orang yang bergantung kepada selain Allah (musyrik) maka dia mendapatkan keadaan yang paling buruk dari empat keadaan manusia, yakni tidak terpuji dan tidak ada yang menolong.

Makanan perusak ada dua macam.
Pertama , merusak karena dzat/materinya, dan ia terbagi menjadi dua macam. Yang diharamkan karena hak Allah, seperti bangkai, darah, anjing, binatang buas yang bertaring dan burung yang berkuku tajam. Kedua, yang diharamkan karena hak hamba, seperti barang curian, rampasan dan sesuatu yang diambil tanpa kerelaan pemiliknya, baik karena paksaan, malu atau takut terhina.
Kedua, merusak karena melampaui ukuran dan takarannya. Seperti berlebihan dalam hal yang halal, kekenyangan kelewat batas. Sebab yang demikian itu membuatnya malas mengerjakan ketaatan, sibuk terus-menerus dengan urusan perut untuk memenuhi hawa nafsunya.

Jika telah kekenyangan, maka ia merasa berat dan karenanya ia mudah mengikuti komando setan. Setan masuk ke dalam diri manusia melalui aliran darah. Puasa mempersempit aliran darah dan menyumbat jalannya setan. Sedangkan kekenyangan memperluas aliran darah dan membuat setan betah tinggal berlama-lama. Barangsiapa banyak makan dan minum, niscaya akan banyak tidur dan banyak merugi.
Dalam sebuah hadits masyhur disebutkan: “Tidaklah seorang anak Adam memenuhi bejana yang lebih buruk dari memenuhi perutnya (dengan makanan dan minuman).

Cukuplah bagi anak Adam beberapa suap (makanan) yang bisa menegakkan tulang rusuknya. Jika harus dilakukan, maka sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk minumannya dan sepertiga lagi untuk nafasnya.” (HR. At-Tirmidzi, Ahmad dan Hakim)

“Kebanyakan tidur*
Banyak tidur mematikan hati, memenatkan badan, menghabiskan waktu dan membuat lupa serta malas. Di antara tidur itu ada yang sangat dibenci, ada yang berbahaya dan sama sekali tidak bermanfaat. Sedangkan tidur yang paling bermanfaat adalah tidur saat sangat dibutuhkan.
Segera tidur pada malam hari lebih baik dari tidur ketika sudah larut malam. Tidur pada tengah hari (tidur siang) lebih baik daripada tidur di pagi atau sore hari. Bahkan tidur pada sore dan pagi hari lebih banyak madharatnya daripada manfaatnya.
Di antara tidur yang dibenci adalah tidur antara shalat Shubuh dengan terbitnya matahari. Sebab ia adalah waktu yang sangat strategis. Karena itu, meskipun para ahli ibadah telah melewatkan sepanjang malamnya untuk ibadah, mereka tidak mau tidur pada waktu tersebut hingga matahari terbit.

Sebab waktu itu adalah awal dan pintu siang, saat diturunkan dan dibagi-bagikannya rizki, saat diberikannya barakah. Maka masa itu adalah masa yang strategis dan sangat menentukan masa-masa setelahnya. Karenanya, tidur pada waktu itu hendaknya karena benar-benar sangat terpaksa.
Secara umum, saat tidur yang paling tepat dan bermanfaat adalah pada pertengahan pertama dari malam, serta pada seperenam bagian akhir malam, atau sekitar delapan jam. Dan itulah tidur yang baik menurut para dokter.

Jika lebih atau kurang daripadanya maka akan berpengaruh pada kebiasaan baiknya. Termasuk tidur yang tidak bermanfaat adalah tidur pada awal malam hari, setelah tenggelamnya matahari. Dan ia termasuk tidur yang dibenci Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam .
(Disadur dari Mufsidaatul Qalbi Al-Khamsah, min kalami Ibni Qayyim Al-Jauziyyah)

Kumpulan Tausiyah Dhuha (Ke-3) : ADAB PENUNTUT ILMU

Adab Penuntut Ilmu
Oleh : Kang Hari

Menuntut ilmu adalah satu keharusan bagi kita kaum muslimin. Banyak sekali dalil yang menunjukkan keutamaan ilmu, para penuntut ilmu dan yang mengajarkannya.
Adab-adab dalam menuntut ilmu yang harus kita ketahui agar ilmu yang kita tuntut berfaidah bagi kita dan orang yang ada di sekitar kita sangatlah banyak. Adab-adab tersebut di antaranya adalah:

  1. Ikhlas karena Allah
    Hendaknya niat kita dalam menuntut ilmu adalah kerena Allah dan untuk negeri akhirat. Apabila seseorang menuntut ilmu hanya untuk mendapatkan gelar agar bisa mendapatkan kedudukan yang tinggi atau ingin menjadi orang yang terpandang atau niat yang sejenisnya, maka Rasulullah telah memberi peringatan tentang hal ini dalam sabdanya:
    “Barangsiapa yang menuntut ilmu yang pelajari hanya karena Allah sedang ia tidak menuntutnya kecuali untuk mendapatkan mata-benda dunia, ia tidak akan mendapatkan bau sorga pada hari kiamat”.( HR: Ahmad, Abu,Daud dan Ibnu Majah
    Tetapi kalau ada orang yang mengatakan bahwa saya ingin mendapatkan syahadah (MA atau Doktor, misalnya ) bukan karena ingin mendapatkan dunia, tetapi karena sudah menjadi peraturan yang tidak tertulis kalau seseorang yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi, segala ucapannya menjadi lebih didengarkan orang dalam menyampaikan ilmu atau dalam mengajar. Niat ini – insya Allah – termasuk niat yang benar.

2.Untuk menghilangkan kebodohan dari dirinya dan orang lain.
Semua manusia pada mulanya adalah bodoh. Kita berniat untuk menghilangkan kebodohan dari diri kita, setelah kita menjadi orang yang memiliki ilmu kita harus mengajarkannya kepada orang lain untuk menghilang kebodohan dari diri mereka, dan tentu saja mengajarkan kepada orang lain itu dengan berbagai cara agar orang lain dapat mengambil faidah dari ilmu kita.
Apakah disyaratkan untuk memberi manfaat pada orang lain itu kita duduk dimasjid dan mengadakan satu pengajian ataukah kita memberi manfaat pada orang lain dengan ilmu itu pada setiap saat? Jawaban yang benar adalah yang kedua; karena Rasulullah bersabda :
“Sampaikanlah dariku walupun cuma satu ayat (HR: Bukhari) Imam Ahmad berkata: Ilmu itu tidak ada bandingannya apabila niatnya benar. Para muridnya bertanya: Bagaimanakah yang demikian itu? Beliau menjawab: ia berniat menghilangkan kebodohan dari dirinya dan dari orang lain.

  1. Berniat dalam menuntut ilmu untuk membela syari’at.
    Sudah menjadi keharusan bagi para penuntut ilmu berniat dalam menuntut ilmu untuk membela syari’at. Karena kedudukan syari’at sama dengan pedang kalau tidak ada seseorang yang menggunakannya ia tidak berarti apa-apa.

Penuntut ilmu harus membela agamanya dari hal-hal yang menyimpang dari agama (bid’ah), sebagaimana tuntunan yang diajarkan Rasulullah. Hal ini tidak ada yang bisa melakukannya kecuali orang yang memiliki ilmu yang benar, sesuai petunjuk Al-Qor’an dan As-Sunnah.

  1. Lapang dada dalam menerima perbedaan pendapat.
    Apabila ada perbedaan pendapat, hendaknya penuntut ilmu menerima perbedaan itu dengan lapang dada selama perbedaan itu pada persoalaan ijtihad, bukan persoalaan aqidah, karena persoalaan aqidah adalah masalah yang tidak ada perbedaan pendapat di kalangan salaf. Berbeda dalam masalah ijtihad, perbedaan pendapat telah ada sejak zaman shahabat, bahkan pada masa Rasulullah masih hidup. Karena itu jangan sampai kita menghina atau menjelekkan orang lain yang kebetulan berbeda pandapat dengan kita.
  2. Mengamalkan ilmu yang telah didapatkan.
    Termasuk adab yang terpenting bagi para penuntut ilmu adalah mengamalkan ilmu yang telah diperoleh, karena amal adalah buah dari ilmu, baik itu aqidah, ibadah, akhlak maupun muamalah. Karena orang yang telah memiliki ilmu adalah seperti orang memiliki senjata. Ilmu atau senjata (pedang) tidak akan ada gunanya kecuali diamalkan (digunakan).
  3. Menghormati para ulama dan memuliakan mereka.
    Penuntut ilmu harus selalu lapang dada dalam menerima perbedaan pendapat yang terjadi di kalangan ulama. Jangan sampai ia mengumpat atau mencela ulama yang kebetulan keliru di dalam memutuskan suatu masalah. Mengumpat orang biasa saja sudah termasuk dosa besar apalagi kalau orang itu adalah seorang ulama.
  4. Mencari kebenaran dan sabar
    Termasuk adab yang paling penting bagi kita sebagai seorang penuntut ilmu adalah mencari kebenaran dari ilmu yang telah didapatkan. Mencari kebenaran dari berita berita yang sampai kepada kita yang menjadi sumber hukum. Ketika sampai kepada kita sebuah hadits misalnya, kita harus meneliti lebih dahulu tentang keshahihan hadits tersebut.

Kalau sudah kita temukan bukti bahwa hadits itu adalah shahih, kita berusaha lagi mencari makna (pengertian ) dari hadits tersebut. Dalam mencari kebenaran ini kita harus sabar, jangan tergesa-gasa, jangan cepat merasa bosan atau keluh kesah.

Jangan sampai kita mempelajari satu pelajaran setengah-setengah, belajar satu kitab sebentar lalu ganti lagi dengan kitab yang lain. Kalau seperti itu kita tidak akan mendapatkan apa dari yang kita tuntut.
Di samping itu, mencari kebenaran dalam ilmu sangat penting karena sesungguhnya pembawa berita terkadang punya maksud yang tidak benar, atau barangkali dia tidak bermaksud jahat namun dia keliru dalam memahami sebuah dalil.Wallahu ‘Alam.

Dikutip dari ” Kitabul ilmi” Syaikh Muhammad bin Shalih Al’Utsaimin.

Kumpulan Tausiyah Dhuha : GHIBAH

Ghibah

   Janganlah sebagian kamu mengunjing (ghibah) sebagian yang lain, sukakah seorang diantaramu memakan saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujarat:12)
Setiap muslim berkewajiban untuk menjaga lidahnya, hendaknya dia berkata baik sehingga bermaslahat bagi dirinya dan pendengarnya atau dia diam (HR. Muttafaq Alaih). Karena setiap kata yang keluar dari lisan seseorang akan dicatat sebagai kebaikan atau keburukan sesuai apa yang dia bicarakan (lihat QS. Qaf:18). Maka dari itu.

Nabi saw selalu menganjurkan setiap muslim untuk menjaga lidahnya, karena banyak orang tergelincir ke neraka karena terlalu mengumbar lidahnya yang tidak bertulang itu. “Barang siapa dapat menjaga antara kumis dan jenggotnya (yakni lidah) dan antara kedua kakinya (yakni kemaluannya), maka aku jamin surga” demikian sabda Rasulullah saw (HR. Muttafaq Alaih). 
Terlalu banyak bukti bahwa diantara sumber konflik antar pemerintah, masyarakat dan individu disebabkan oleh pernyataan-pernyataan yang sarat dengan tendensi buruk, yang berakibat menyinggung bahkan melukai perasaan pihak lain. Ghibah salah satu penyakit masyarakat yang dapat memperkeruh suasana.

 Rasulullah saw pernah mendefinisikan ghibah itu, yaitu Anda menyebut saudara / kawan Anda dengan sesuatu yang tidak disukainya. Kemudian beliau ditanya, kalau hal itu memang ada pada orang itu? beliau menjawab, “Kalau pernyataan itu memang ada pada orang itu berarti Anda telah melakukan ghibah, kalau tidak ada berarti Anda berbohong” (HR. Muslim).

Memang sebaik-baik orang Islam adalah yang dapat menjaga lisan dan tangannya, sehingga tidak mengganggu pihak lain (HR. Muttafaq Alaih). Dan sepantasnya kita membersihkan diri dari ghibah, karena itu sifat orang beriman (lihat QS. Al-Qashosh:55 dan Al-Mukminun:3) 

Kumpula Tausiyah Dhuha : SABAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

  Anak-anakku yang bapak banggakan

Pertama kali, marilah kita memanjatkan puji syukur yang tiada terhingga kepada Allah SWT. Karena Dia telah memberi kita karunia dan nikmat yang sangat besar yaitu umur yang panjang, kesehatan yang baik, dan kesempatan yang luang sehingga kita semua bisa berkumpul di lapangan ini

Tanpa ijin dari Allah tak mungkin kita bisa hadir dan bermuwajahah di sekolah yang kita cintai

Kedua kalinya, semoga keselamatan dan kesejahteraan tetap di limpahkan Allah kepada panutan kita semua, yakni Rasulullah saw, berikut para keluarganya, para sahabatnya, para ulama-ulama dan segenap pengikutnya, umat Islam sekalian. Amin

Seorang muslim harus memiliki ahlak kenabian, yaitu akhlakul karimah. Selama kita tidak mempunyai budi pekerti yang baik, maka belumlah dikatakan beriman. Salah satu dari sekian banyak akhlakul karimah adalah sabar. Karena sabar adalah ciri orang yang mukmin.

Sabar merupakan kekuatan dan daya positif yang mendorong jiwa untuk menunaikan kewajiban. Di samping itu, sabar adalah suatu kekuatan yang mampu menghalangi seseorang dalam melakukan kemaksiatan.

Rasulullah saw. bersabda, Sabar adalah cahaya, artinya bahwa kesabaran itu merupakan hidayah yang datang dari Allah. Yakni sebuah penerang yang membimbing seseorang untuk dapat mengenal Allah S.W.T dan rasulNya, serta mengetahui maupun mengamalkan ajaran-ajaranNya, perintah-perintahNya dan menjauhi semua laranganNya.

Oleh karena itu seseorang yang tetap tegak bertahan sehingga dapat menundukan dorongan hawa nafsu secara terus menerus, maka ia termasuk orang yang sabar.

Sayidina Ali bin Abu Thaiib pernah berpesan, Seseorang tidak boleh takut kecuali kepada dosanya, tidak boleh berharap kecuali kepada Tuhannya. Jika belajar tidak boleh malu seandainya ia tidak tahu. Tidak boleh malu menyatakan aku tidak bisa.

Dan ketahuilah bahwa sabar dalam menghadapi segala masalah seperti kepala di badan, lalu jika kepala itu terlepas dari badannya, maka rusaklah badan tersebut. Demikian juga jika sabar lepas dari suatu urusan, maka rusaklah urusan itu.

Untuk mengukur sejauh mana kadar keimanan dan kesabaran seseorang, maka Allah lalu melimpahkan suatu ujian. Hanya saja ujian tersebut ada yang ringan dan ada yang berat.

Ujian atau cobaan itu adakalanya berupa kenikmatan, misalnya harta benda, jabatan dan sebagainya. Ada pula dalam bentuk yang tidak menyenangkan, seperti musibah dan penderitaan. Terhadap ujian itu, baik yang mengandung kenikmatan atau musibah, maka sifat sabar adalah sesuatu yang dapat menjadikan penawar.

Sabar akan memancarkan sinar yang memelihara seseorang sehingga ia tidak jatuh kepada kekufuran. Sebab banyak kasus, orang yang ditimpa musibah kemudian imannya menjadi lemah lalu kufur (murtad). Karena itulah, sebagai seorang muslim kita wajib meneguhkan hati dalam menghadapi cobaan dari Allah. Marilah kita hadapi semua itu dengan tenang dan sabar.

Dalam masalah ini, menyadari bahwa Allah Maha Kuasa dan Maha Rahman akan dapat menumbuhkan sifat sabar di dalam hati. Tanamkan suatu keyakinan bahwa Allah yang memberi ujian kepada kita dan Allah juga yang memberi Rahmat.

Setiap kesulitan dan cobaan hidup, apapun bentuknya, adalah datang dari Allah. Sekali-kali manusia tidak dapat menolak dan tidak pula dapat memaksa agar Allah memberi rahmatNya.

Dalam Al-Qur’an diterangkan bahwa Allah berfirman:
قُلْ مَنْ ذَا الَّذِي يَعْصِمُكُمْ مِنَ اللَّهِ إِنْ أَرَادَ بِكُمْ سُوءًا أَوْ أَرَادَ بِكُمْ رَحْمَةً وَلَا يَجِدُونَ لَهُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلِيًّا وَلَا نَصِيرًا
Artinya:
Katakanlah: Siapakah yang dapat melindungi kamu dari (takdir) Allah jika Dia menghendaki bencana atasmu atau menghendaki rahmat untuk dirimu? Dan orang-orang munafik itu tidak memperoleh bagi mereka pelindung dan penolong selain Allah. (Al-Ahzab ayat 17)

Orang yang mampu belajar dalam menghadapi ujian atau cobaan, maka derajat kemuliaanya akan ditinggikan oleh Allah. Sabar yang dimaksudkan ialah bertahan pada iman dan tidak mengeluh dalam merasakan cobaan yang tidak menyenangkan itu.

Diriwayatkan bahwa seorang sahabat bernama Khabab sedang menghadapi cobaan. Ia mendatangi Rasulullah, yang ketika itu duduk bersandar surban di bawah naungan Ka’bah. Kepada Rasulullah. Khabab mengeluh dan menceritakan tentang hidupnya yang selalu menderita. Bertubi-tubi musibah telah menimpanya.

Katanya kepada Rasulullah, Wahai Rasul, doakanlah agar Allah menolong kami sehingga kami terlepas dari ujian hidup!
Rasulullah menjawab, Perlu engkau ketahui wahai Khabab, bahwa dijaman dahulu, yaitu jamannya umat sebelum kita, terkadang mereka disiksa dengan cara tubuhnya ditanam di dalam liang atau dibelah dengan gergaji. Meskipun demikian, mereka tetap memegang teguh agamanya dan tidak merubah pendiriannya sedikitpun.

Rasulullah saw. kemudian mengemukakan firman Allah:

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ

الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ

أُولَٰئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ

Artinya:
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.

(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji´uun. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (Al-Baqarah Ayat: 155 – 157)

Jika cobaan atau ujian hidup dihadapi dengan sabar, ikhlas, tidak berkeluh kesah, tetapi berikhtiar mencari jalan pemecahannya secara baik, maka Allah pasti memudahkan bagi kita dalam urusan ini. Disamping dapat memcahkan masalah yang kita hadapi, tentu Allah akan memudahkan bagi kita terhadap masalah hisab.

Allah akan memberi pahala, memberkati kehidupan sehingga timbangan amal pahala kita lebih berat dibanding dengan dosa kita. Jadi jika seseorang itu mampu menghadapi ujian dengan sabar dan ikhlas, maka ia termasuk orang yang tulus dalam menempuh ujian itu. Jika tidak sabar, berarti ia gagal dan masuk dalam golongan orang yang berputus asa.

Banyak orang beranggapan bahwa kesabaran itu berarti merendahkan diri dan menyerahkan kepada keadaan begitu saja. Kesabaran berarti membiarkan diri hanyut dalam kondisi atau menghentikan usaha tanpa berusaha mencari jalan keluarnya, tanpa mau memperbaiki dan melakukan usaha.

Sebenarnya anggapan seperti itu tidaklah benar. Sabar yang dimaksud oleh agama adalah Ikhlas dalam menghadapi cobaan atau ujian dengan cara baik, berusaha mencari jalan keluar yaitu ihktiar, dan tetap bertahan untuk teguh dalam iman serta tidak berkurang amal shalih yang dijalankan.

Demikianlah akhlakul karimah berupa kesabaran yang harus kita tanamkan dalam jiwa ini. Agar kita melatihnya setiap saat dalam pergaulan sehari-hari. Jika kita menjadi orang yang sabar, Insya Allah akan disukai orang lain di tengah-tengah masyarakat.

Demikianlah tausiyah dhuha singkat yang bisa saya sampaikan dalam kesempatan ini. Jika ada kesalahan, maka hal itu karena khilaf dan kebodohan ilmu saya. Mohon maaf atas segala kekuarangnya.
Bilahit taufiq wal hidayah. wassalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakatuhu.

Disampaikan oleh Kang Hari

Mendikbud Nadiem Makarim Akhirnya Izinkan Sekolah Mulai Tatap Muka, Ini Waktu dan Aturan yang Harus Dipatuhi

Sejak maraknya wabah pandemi Covid-19 di Indonesia, sekolah-sekolah diminta untuk membimbing siswanya melalui pembelajaran berbasis daring (online).

Setelah lebih dari 4 bulan siswa belajar secara online, rupanya banyak pro-kontra yang muncul dari orangtua siswa.

Hal ini membuat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan harus mengkaji ulang keputusan belajar di rumah tersebut.

Seolah jadi angin segar, belum lama ini Mendikbud Nadiem Makarim merilis jadwal masuk sekolah SD, SMP, SMA tahun ajaran baru 2020/ 2021.

Selain kapan masuk sekolah, jangan lupa memperhatikan syarat-syarat ketat belajar tatap muka dari Mendikbud agar terhindari penularan virus corona atau Covid-19 .

Hampir empat bulan sudah kegiatan belajar mengajar di sekolah terhenti akibat wabah virus corona.

Memasuki ajaran baru, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim akhirnya mengumumkan jadwal masuk sekolah tahun 2020/2021.

Meski kini virus corona masih mewabah di Indonesia, Nadiem Makarim mengungkapkan proses belajar di sekolah harus segera berjalan.

Ada pun jadwal masuk sekolah di tengah pandemi virus Corona ini akan dilaksanakan mulai Juli 2020.

Sementara itu pelaksanaan pembelajaran tatap muka di sekolah akan dilakukan secara bertahap untuk setiap jenjang pendidikan.

SMA dan SMP sederajat akan menjadi jenjang pendidikan pertama yang akan memulai kegitan belajar secara tatap muka di sekolah.

Dalam siaran pers Kemendikbud, Nadiem mengumumkan hasil keputusan Kemendikbud bersama Gugus Tugas Percepatan penanganan Covid-19, Kemenko PMK, Kemenag, Kemenkes, Kemendagri, BNPB dan Komisi X DPR RI pada webinar Senin (15/6/2020).

Webinar yang diselenggarakan tersebut, terkait rencana penyusunan Keputusan Bersama Empat Kementerian tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran pada tahun ajaran dan Tahun Akademik baru di Masa Pandemi Covid-19.

Dijelaskan, panduan yang disusun dari hasil kerjasama dan sinergi antar kementerian ini bertujuan mempersiapkan satuan pendidikan saat menjalani masa kebiasaan baru.

“Prinsip dikeluarkannya kebijakan pendidikan di masa Pandemi Covid-19 adalah dengan memprioritaskan kesehatan dan keselamatan peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan, keluarga, dan masyarakat,” jelasnya.

Inilah poin-poin penting pengumuman Mendikbud Nadiem Makarim terkait tahun ajaran baru 2020 dan jadwal masuk sekolah dikutip dari siaran pers Kemendikbud:

1. Tahun Ajaran Baru 2020/2021

tahun ajaran baru bagi pendidikan anak usia dini (PAUD), pendidikan dasar, dan pendidikan menengah di tahun ajaran 2020/2021 tetap dimulai pada Juli 2020.

Namun daerah di zona kuning, oranye, dan merah, dilarang melakukan pembelajaran tatap muka di satuan pendidikan.

“Satuan pendidikan pada zona-zona tersebut tetap melanjutkan Belajar dari Rumah,” terang Mendikbud Nadiem Anwar Makarim, pada webinar tersebut.

Terkait jumlah peserta didik, hingga 15 Juni 2020, terdapat 94 persen peserta didik yang berada di zona kuning, oranye, dan merah dalam 429 kabupaten/kota sehingga mereka harus tetap belajar dari rumah.

Ada pun peserta didik yang saat ini berada di zona hijau hanya berkisar 6 persen.

2. Syarat Sekolah Bisa Gelar Pembelajaran Tatap Muka

Nadiem menegaskan, proses pengambilan keputusan dimulainya pembelajaran tatap muka bagi satuan pendidikan di kabupaten/kota dalam zona hijau dilakukan secara sangat ketat dengan persyaratan berlapis.

Keberadaan satuan pendidikan di zona hijau menjadi syarat pertama dan utama yang wajib dipenuhi bagi satuan pendidikan yang akan melakukan pembelajaran tatap muka.

– Persyaratan kedua, adalah jika pemerintah daerah atau Kantor Wilayah/Kantor Kementerian Agama memberi izin.

– Ketiga, jika satuan pendidikan sudah memenuhi semua daftar periksa dan siap melakukan pembelajaran tatap muka.

– Keempat, orang tua/wali murid menyetujui putra/putrinya melakukan pembelajaran tatap muka di satuan pendidikan.

“Jika salah satu dari empat syarat tersebut tidak terpenuhi, peserta didik melanjutkan Belajar dari Rumah secara penuh,” tegas Mendikbud.

3. Jadwal Masuk Sekolah SD sampai SMA

Di luar pelarangan yang berlaku di zona kuning, oranye, dan merah, tahapan pembelajaran tatap muka satuan pendidikan di zona hijau dilaksanakan berdasarkan pertimbangan kemampuan peserta didik dalam menerapkan protokol kesehatan.

Dengan demikian, urutan pertama yang diperbolehkan pembelajaran tatap muka adalah pendidikan tingkat atas dan sederajat, tahap kedua pendidikan tingkat menengah dan sederajat, lalu tahap ketiga tingkat dasar dan sederajat.

Itu pun harus dilakukan sesuai dengan tahapan waktu yang telah ditentukan.

“Namun, begitu ada penambahan kasus atau level risiko daerah naik, satuan pendidikan wajib ditutup kembali,” terang Mendikbud.

Rincian tahapan pembelajaran tatap muka satuan pendidikan di zona hijau adalah:

Ada pun sekolah dan madrasah berasrama pada zona hijau harus melaksanakan belajar dari rumah serta dilarang membuka asrama dan pembelajaran tatap muka selama masa transisi (dua bulan pertama).

Pembukaan asrama dan pembelajaran tatap muka dilakukan secara bertahap pada masa kebiasaan baru dengan mengikuti ketentuan pengisian kapasitas asrama.

Selanjutnya untuk satuan pendidikan di zona hijau, kepala satuan pendidikan wajib melakukan pengisian daftar periksa kesiapan sesuai protokol kesehatan Kementerian Kesehatan.

Kemendikbud akan menerbitkan berbagai materi panduan seperti program khusus di TVRI, infografik, poster, buku saku, dan materi lain mengenai hal-hal yang perlu diperhatikan pada fase pembelajaran tatap muka di zona hijau.

New Normal di Sekolah, Peran Orangtua Jadi Kunci

Peranan orangtua sangat penting bagi anak-anak apabila di tengah pandemi Covid-19 kembali ke sekolah dengan menerapkan new normal atau kenormalan baru.

Asisten Deputi Perlindungan Anak dalam Situasi Darurat dan Pornografi Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) Ciput Eka Purwianti mengatakan, orangtua harus mempersiapkan dan mengawal anak-anaknya apabila kembali ke sekolah dengan kondisi new normal.

Para orangtua harus memberi penjelasan kepada anak-anak tentang bagaimana new normal, mulai dari penggunaan masker, cuci tangan dengan sabun, hingga menjaga jarak.

“Orangtua mempersiapkan kembali anak-anak ke sekolah, harus mengawal, memberi pengertian pada anak pentingnya mereka gunakan masker, cuci tangan dengan sabun sesering mungkin sebelum mereka sentuh bagian muka,” ujar Ciput dalam webinar, Kamis (28/5/2020).

Selain itu, orangtua juga harus memastikan dan menjaga asupan nutrisi yang baik untuk anak-anaknya.

Asupan nutrisi tersebut penting untuk menjaga imunitas anak-anak agar tetap kuat yang walaupun terpapar tetapi virus tersebut bisa dikalahkan dengan imunnya yang kuat.

“Kemudian beri pengertian kepada anak, di sekolah pasti tergoda bermain dengan teman-temannya apalagi tiga bulan tidak bertemu,” kata dia.

Terlebih berdasarkan survei Ada Apa dengan Corona (AADC) 19, kata dia, hampir sebagian besar anak-anak merindukan sekolahnya.

Dengan demikian, pengertian yang diberikan orangtua saat mereka berinteraksi dengan teman-temannya juga sangat dibutuhkan.

Terutama agar menjaga jarak dan tidak saling bersentuhan.

Ditulis ulang oleh : Kang Hari

Sebagian artikel ini sudah tayang di Suar.ID berjudul tahun ajaran baru 2020/2021 akan segera Dimulai, berikut jadwal masuk sekolah: SD 2 Bulan setelah SMP dan SMA dan Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul “New Normal di Sekolah, Peran orangtua Jadi Kunci “

Cerpen Sepucuk Pesan

Sepucuk Pesan oleh H.Ridwan, M.Pd

Hari itu merupakan hari yang cukup lelah bagi Pak Hadi. Meski kegiatan belajar-mengajar masih dilakukan secara daring, ia terpaksa tetap pergi ke sekolah tempat ia mengajar karena harus mengambil beberapa dokumen. Namun karena sekolahan yang sepi terlepas dari beberapa petugas kebersihan dan satpam yang berjaga, Pak Hadi memutuskan untuk menyelesaikan tugasnya di sekolah. Menyalin materi dan menyusunnya di laptop untuk bekal mengajar minggu-minggu selanjutnya. Di usianya yang tidak lagi muda, Pak Hadi cukup kesusahan untuk belajar internet dan aplikasi untuk mengajar yang berlaku sejak wabah corona terjadi. Namun sebagai seorang guru, sudah menjadi kewajibannya untuk tetap bisa memberikan ilmu pada anak-anak didiknya.

Di luar prediksinya, menyusun materi di komputer membutuhkan waktu yang lumayan lama. Ketika ia akhirnya selesai, hari sudah mulai sore. Tangannya berusaha memijat pangkal hidungnya yang perih karena memakai kacamata terlalu lama sambil merenggangkan badannya sejenak. Setelah itu barulah Pak Hadi mengemasi barang-barangnya dan berjalan ke arah parkiran tempat mobilnya berada.

Di perjalanan pulang, rasa kantuk mulai membuat matanya berat. Ia sempat berpikir untuk minggir sejenak karena sadar bahayanya menyetir dalam kondisi ngantuk. Namun jarak rumah yang tinggal sedikit lagi dan kasur yang menunggu di rumah terlalu menggoda untuk membuatnya berhenti.

Pak Hadi berkali-kali menguap di balik maskernya. Badannya seakan telah memasuki mode otomatis, menggerakkan mobilnya ke arah rumah meski kepalanya semakin lama semakin berat. Namun rasa kantuknya dengan cepat menghilang ketika tiba-tiba suara peluit yang nyaring terdengar dari jalan di depannya.

Beberapa polisi lengkap dengan seragam berdiri di samping papan yang bertuliskan ‘Pemeriksaan Polisi’. Salah satu polisi yang bertugas segera menghadang mobil Pak Hadi dan menggiringnya untuk berhenti di sisi jalan. Pak Hadi segera berusaha mengingat-ingat apakah ia membawa SIM dan STNK atau tidak. Ia juga tidak merasa melebihi batas kecepatan. Setelah meyakinkan dirinya bahwa ia tidak melanggar apapun, barulah Pak Hadi merasa lebih tenang ketika keluar dari mobil.

“Selamat siang Pak. Maaf, tapi ini jalan satu arah Pak. Mobil Bapak melawan arus.” Polisi yang sama menunjuk ke arah papan tanda jalan satu arah di perempatan tak jauh dari tempat Hadi berhenti.

“Ya Allah…” Pak Hadi menepuk jidatnya begitu sadar bahwa ia berbelok di jalan yang salah. “Iya Pak. Saya yang salah karena nggak fokus.” Uja Pak Hadi mengakui kesalahannya itu.

“Bisa saya periksa SIM dan STNKnya?” Tanya Si Polisi.

Pak Hadi mengangguk dan menyerahkan surat-surat itu dari dompet. Ketika si polisi melihat surat-surat miliknya, Pak Hadi dapat melihat bagaimana mata si polisi muda itu terbelalak sejenak sebelum mengangkat kepalanya dan menatap Pak Hadi lekat-lekat. Lalu dalam hitungan detik, polisi muda itu segera meraih tangan Pak Hadi dan mencium tangannya.

“Ya Allah, Pak Hadi! Nggak nyangka saya bisa ketemu Bapak lagi!” Seru polisi itu sambil memeluknya. 

Pak Hadi hanya bisa terdiam karena bingung. Dalam kepalanya ia bertanya-tanya siapa gerangan polisi itu. Meski masih tidak paham atas apa yang terjadi, tangannya dengan ragu dirangkulkan ke polisi itu sambil menepuk-nepuk punggungnya pelan.

“Maaf, ananda ini siapa ya? Saya tidak ingat.” Tanyanya dengan jujur ketika si polisi melepaskan pelukannya.

Si polisi terkekeh sejenak sebelum menjawab, “ya jelas tidak ingat, Pak. Saya kan terakhir ketemu bapak ketika masih kecil. Saya Reza Pak. Dulu sekolah di SMPN 3 Cimandala.”

“Oalah, kamu pernah saya ajar ya?” Pak Hadi tersenyum pada polisi itu meski sejujurnya ia masih tidak mengingatnya. Mengajar selama bertahun-tahun membuat ingatannya terhadap setiap murid semakin kabur dari waktu ke waktu meski ia berusaha untuk tetap mengingat nama murid-muridnya.

Polisi itu nampaknya menyadari hal ini dan segera merogoh dompetnya, mengeluarkan selembar kertas yang sudah usang. Kertas itu tampaknya sudah dilipat dan dibuka lagi berkali-kali hingga beberapa garis lipatannya sobek dan ditempelkan ulang menggunakan selotip. Diserahkannya kertas itu kepada Pak Hadi sambil tersenyum.

“Dulu Bapak yang memberikan saya pesan ini. Saya simpan sampai sekarang untuk terus mengigatkan saya selama ini.” Jelasnya.

Mata Pak Hadi yang telah rabun berusaha membaca tulisan yang ada di kertas itu. Tidak salah lagi, goresan tinta di kertas itu adalah tulisan tangannya sendiri. Perlahan ia menyusuri kata demi kata yang tertulis.

Ilmu memang penting, Tapi adab jauh lebih utama.
Ilmu bisa terus dicari sampai tua.
Tetapi tingkah laku yang baik harus ditanam sejak muda.

Kata-kata yang tertulis di kertas itu sederhana. Namun itu cukup untuk mengembalikan sedikit memori yang telah lama terkubur dalam kepala Pak Hadi.

“Reza… Reza…” Ia gumamkan nama si polisi ketika akhirnya sesosok wajah anak laki-laki yang terakhir ia temui sepuluh tahun yang lalu.

***

Menjadi guru di Sekolah Menengah Pertama bukanlah hal yang mudah. Murid-muridnya tak lagi sepenurut anak SD, namun masih sering bertingkah usil dan belum sedewasa anak SMA. Pak Hadi paham betul hal tersebut. Ia telah menghadapi berbagai jenis siswa yang kadang membuat kepalanya sakit namun juga sering membuatnya tertawa sendiri melihat tingkah mereka.

Hari itu Pak Hadi sedang memeriksalembar ulangan murid murid kelas IX C. Ketika ia memeriksa salah satu lembar jawaban muridnya, ia menyadari bahwa ada muridnya yang hanya berhasil menjawab tujuh dari dua puluh soal dengan benar. Mata Pak Hadi pun segera tertuju pada si pemilik lembar jawaban. Reza. Nama yang tak asing lagi baginya karena begitu seringnya murid itu mengikuti ulangan perbaikan di kelasnya. Pak Hadi kemudian menyisihkan lembar jawaban Reza bersama dengan murid-murid lain yang harus mengulang dan menyelesaikan pekerjaannya hingga bel masuk berbunyi. Iapun berangkat menuju kelas IX C dengan membawa hasil ulangan murid-muridnya.

“Hasil ulangan dua hari lalu sudah Bapak periksa. Bagi yang namanya dipanggil, maju ke depan dan ambil hasil ulangan kalian.” Ucapan Pak Hadi ditanggapi dengan berbagai gerutuan kecil dari murid-muridnya. Di setiap nama yang dipanggil, reaksi tiap murid berbeda-beda. Ada yang senang, ada yang kaget dengan nilainya sendiri, ada yang cengengesan karena nilainya rendah dan… ketika murid bernama Reza itu melihat nilai ulangannya, ia hanya menghela napas panjang sebelum kembali ke bangkunya.

“Gimana?” Tanya seorang murid lain pada Reza dengan suara pelan. Reza hanya memberikan senyum lirih dan menggelengkan kepalanya pelan. Setelah itu, selama di kelas, Pak Hadi dapat melihat bagaimana Reza tidak begitu memperhatikannya dan terpaku menunduk menatap mejanya.

Di mata Pak Hadi sendiri, Reza bukanlah murid yang bermasalah. Ia bahkan cukup terkenal karena merupakan murid yang sangat ramah dan aktif di berbagai kegiatan yang diadakan sekolah. Ia juga selalu memperhatikan gurunya ketika di kelas, dan merupakan pengurus OSIS dan organisasi lain di sekolah. Hanya saja ia memang lebih lambat menerima materi dibandingkan dengan murid yang lain sehingga nilainya sering di bawah rata-rata kelas.

Namun belakangan ini, Reza tampak lebih lesu dari biasanya. Ia menjadi lebih pasif di kelas dan sering terlihat melamun selama jam pelajaran. Pak Hadi pun menjadi khawatir akan muridnya itu dan memutuskan untuk mencari waktu untuk menanyakan hal itu pada Reza.

***

Kesempatan untuk berbicara dengan Reza ternyata datang lebih cepat daripada yang ia sangka.

Ketika bel pulang telah berbunyi, murid-murid dengan semangat memasukkan buku mereka dan segera berlarian setelah mencium tangannya dan mengucapkan salam. Pak Hadi hanya bisa geleng-geleng kepala melihat muka-muka mengantuk di kelasnya tadi mendadak berubah jadi sumringah begitu tahu bahwa sudah waktunya mereka pulang.

Pak Hadi sediri segera berjalan kembali ke ruang guru untuk merapikan barang-barangnya dan meninjau kembali hasil mengajarnya hari itu. Satu persatu guru-guru lain menyapa ke mejanya dan berpamitan pulang hingga akhirnya hanya tinggal Pak Hadi seorang yang berada di ruang guru. Pak Hadi memang lebih senang menyelesaikan pekerjaannya di sekolah setelah murid-murid pulang karena suasananya yang lebih tenang dibanding dengan di rumahnya.

Saat itulah, Mata Pak Hadi yang awalnya berfokus pada buku catatannya, terusik oleh sebuah siluet di jendela yang terhubung dengan taman belakang sekolah. Seragam putih dengan dasi biru dari sosok di balik jendela itu menandakan bahwa yang berada di sana adalah seorang murid. Pak Hadi mengerutkan alisnya dan memeriksa jam yang terpasang di dinding. Setengah lima sore. Seharusnya murid-murid sudah pulang semua.

Pak Hadi menghela napas panjang sebelum bangun dari tempat duduknya dan berjalan ke taman belakang, siap menegur si murid yang melanggar peraturan. Meski sudah sering diingatkan bahwa para murid harus pulang maksimal jam empat sore, kadang masih ada saja anak-anak nakal yang bersembunyi dan tetap nongkrong di sekolah, entah apa alasannya.

Alangkah terkejutnya Pak Hadi ketika yang ia temukan bukanlah murid-murid yang asyik mengobrol atau makan jajanan dari kantin, melainkan seorang anak laki-laki yang duduk tersungkur di pojokan dengan kertas di tangannya.

“Nak Reza?” Panggil Pak Hadi pada sosok itu.

Reza terkejut dengan keberadaan Pak Hadi dan segera berdiri dari tempatnya duduk. “Eh, Pak Hadi…” Reza dengan cepat memasukkan kertas di tangannya ke dalam tas. Meski hanya sekilas, Pak Hadi tahu bahwa kertas itu adalah lembar ulangannya siang tadi.

“Sudah jam berapa ini? Kenapa kamu masih di sekolah?” Tanya Pak Hadi.

“Maaf Pak… Keasyikan di ruang OSIS tadi. Kalau gitu saya pamit pulang sekarang ya Pak?” Jawab Reza gelagapan sebelum menunduk minta izin untuk pergi.

“Nak, sebentar.” Pak Hadi menepuk bahu muridnya itu sebelum ia sempat melangkahkan kaki. “Bapak lihat kamu belakangan ini sering tidak fokus di kelas. Padahal biasanya kamu rajin bertanya. Kamu ada masalah?” 

Reza tidak langsung menjawabnya dan hanya tertunduk diam. “Kalau kamu ada masalah, ada kesulitan sama pelajaran atau yang lain, kamu bisa cerita ke Bapak. Bapak sedih kalau lihat murid Bapak mukanya cemberut terus di kelas.” Tambah Pak Hadi. Ucapannya itu nampaknya membuat Reza sedikit lebih rileks. Ia menghela napas sebelum menatap Pak Hadi lagi.

“Pak, saya ini bodoh ya, Pak? Padahal saya belajar terus tiap hari. Tapi saya nggak pernah dapat nilai bagus. Ulangan saya nilainya jeblok semua, sampai malu saya sama teman-teman yang lain.” Tangan Reza mengepal di samping badannya hingga buku jarinya memutih.

“Tidak ada murid yang bodoh. Yang ada hanya murid yang kemampuan belajarnya cepat dan tidak. Namanya juga pelajar. Ya kalian memang dalam tahap belajar. Kalau semua materi langsung bisa, ngapain kamu sekolah? Bapak yang sudah jadi guru saja masih harus belajar lagi sebelum mengajar.” Pak Hadi tersenyum lembut pada muridnya itu. “Kamu jangan merasa minder hanya karena nilai. Nilai memang penting, tapi bukan yang paling penting. Sekarang Bapak tanya… Memang kamu sewaktu ulangan menyontek?”

Reza dengan cepat menggelengkan kepalanya. “Enggak Pak. Saya nggak pernah nyontek. Kalau nyontek hasil ulangan saya nggak mungkin jelek terus kan Pak.”

“Pernah kamu bolos?”

Reza menggelengkan kepalanya lagi.

“Nah, lihat kan? Setahu Bapak kamu tidak pernah melakukan hal yang pantas membuat kamu malu. Bapak tahu kamu rajin bantu-bantu di OSIS. Kamu selalu sopan pada guru-guru. Bahkan Ibu Penjaga Kantin kenal kamu karena selalu menyapa dia setiap pagi. Terus apa yang membuat kamu malu? Sopan santun dan kerendahan hati itu jauh lebih penting.”

Reza hanya dapat tersipu malu mendengar ucapan Pak Hadi. Pak Hadi pun meraih buku catatan kecil yang selalu ia simpan di sakunya dan menuliskan sesuatu sebelum merobek kertas itu dan menyerahkannya pada Reza.

“Kamu baca baik-baik. Kamu resapi. Tanyakan ke dirimu sendiri, yang mana yang lebih penting.” Pak Hadi sekali lagi penepuk pundak muridnya sebelum melepas muridnya untuk pulang.

***

Keesokan paginya, Pak Hadi melihat Reza sedang menyapu ruang kelasnya, sebelum menghampiri Pak Hadi dan mengucapkan salam. “Assalamualaikum Pak Hadi.”

“Waalaikumsalam. Sudah kamu baca pesan Bapak?” Tanya Pak Hadi pada muridnya itu.

“Sudah Pak.” Jawabnya mantap.

“Masih merasa malu?” Tanya Pak Hadi lagi. Reza menggelengkan wajahnya. “Kalau kamu merasa malu lagi karena nilaimu, baca lagi pesan Bapak.” Lanjut Pak Hadi sebelum berjalan menuju ruang kelas.

Ketika di hari-hari selanjutnya banyak guru yang mengatakan bahwa Reza tampak lebih bersemangat dan semakin rajin, Pak Hadi tidak mengatakan apapun dan hanya tersenyum lega.

***

“Kamu Nak Reza yang waktu itu ya?” Pak Hadi menatap polisi itu lagi. Kalau dilihat-lihat memang wajahnya mirip dengan murid yang ia kenal. “Masya Allah! Gagah sekali sekarang kamu nak!” Ucapnya sambil menepuk bahu Reza dengan bangga.

“Alhamdulillah Pak. Ini semua berkat Bapak.” Jawab Reza sambil tersenyum sopan. “Saya terus ingat kata-kata Bapak waktu itu. Setelah lulus sekolah, saya mengabdi jadi relawan dan salah satu aktivis senior di sana menawarkan untuk membiayai saya sekolah kepolisian.” Pak Hadi mendengarkan cerita Reza dengan antusias.

“Bapak benar. Nilai itu bukan segalanya. Bukan nilai yang membawa saya sampai seperti sekarang. Karena Bapak waktu itu mengingatkan saya, saya tetap ikhtiar dan berusaha membantu orang-orang sebanyak mungkin dengan apa yang saya bisa. Ternyata ketika saya membantu mereka, Allah memberi bantuan juga kepada saya sampai bisa jadi seperti sekarang.” Tambah muridnya itu.

Pak Hadi hanya dapat tersenyum haru melihat bagaimana anak didiknya yang kini sudah sukses masih mengingat pesannya kala itu. Ia peluk muridnya itu sekali lagi sembari berbisik. “Bapak bangga dengan kamu, nak.”

***

“Tapi Pak, biar saya pernah jadi murid Bapak, denda tilangnya tetap harus di bayar ya Pak.” Tambah Reza dengan cengiran di wajahnya.

“Iya, iya. Bapak kan guru kamu. Harus mencontohkan jadi warga yang taat aturan kan?” Pak Hadi terkekeh sambil mengikuti muridnya itu ke pos polisi di seberang jalan.

-SELESAI-

Perubahan Kecil Saja…

Ada yang beda pada kegiatan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di sekolah kami tahun ini, kegiatan lomba cerdas cermat yang biasanya dilaksanakan monoton dengan bertatapan langsung antar peserta didik dengan juri. Kali ini penulis berinisiatif melakukan perubahan kecil dengan format beda, Cerdas cermat Pengetahuan Agama Islam secara Online dengan menggunakan aplikasi/program quizizz. Alhamdulillah kegiatan ini direspon positif oleh peserta didik terbukti pada tangkapan layar hasil akhir sebanyak 231 aktif berpartisipasi. Jumlah soal sebanyak 100 butir dengan ketepatan 75% dikerjakan bersamaan selama 90 menit ditempat masing-masing.

Kalau selama ini cerdas cermat bersifat eksklusif yang hanya diikuti oleh peserta didik “cerdas” dari perwakilan kelas, maka dengan system CC Online semua peserta didik mempunyai kesempatan sama tidak ada dikhotomi kelas VII, VIII dan IX. Keinklusifan ini melahirkan keunikan tersendiri dengan melahirkaan juara yang tak terduga, karena peringkat 1-3 disapu bersih oleh kelas VII. Namun demikian kekurangan tetap ada, seperti siswa yang tidak punya HP, yang punya HP tapi tidak punya pulsa data, punya HP dengan pulsa tersedia namun jaringan ‘mlehoy’ dipastikan tidak bisa ikut CC Online. Hikmah dari kegiatan Cerdas Cermat Online peserta didik yang kebetulan tidak diajar oleh penulis jadi punya pengalaman menyenangkan, bahkan minta penulis untuk mengajar IPS di kelasnya. Karena mereka tahu bahwa selama ini kegiatan Penilaian IPS dilakukan secara masif dilaksanakan online di kelas, dan untuk latihan dilaksanakan di rumah. Perubahan kecil yang mudah-mudahan bisa berdampak besar. Selembar piagam dan satu buah hadiah buku diary, diberikan kepada peringkat 1-3 pada puncak kegiatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Ada senyum bahagia.

Selamat Kepada              

Ainun Fauziah Kelas VII.9 sebagai Juara Pertama

Muhammad Khairul Ihwan Kelas VII.9 sebagai Juara Kedua                                       

Muhammad Ghaza AlGhazali Kelas  VII.5 sebagai Juara Ketiga

Artikel ini juga tayang di Gurusiana

https://ridwan1967.gurusiana.id/article/perubahan-kecil-saja-5346235

Perubahan Kecil Saja…

Kalau selama ini cerdas cermat bersifat eksklusif yang hanya diikuti oleh peserta didik “cerdas” dari perwakilan kelas, maka dengan system CC Online semua peserta didik mempunyai kesempatan sama tidak ada dikhotomi kelas VII, VIII dan IX. Keinklusifan ini melahirkan keunikan tersendiri dengan melahirkaan juara yang tak terduga, karena peringkat 1-3 disapu bersih oleh kelas VII. Namun demikian kekurangan tetap ada, seperti siswa yang tidak punya HP, yang punya HP tapi tidak punya pulsa data, punya HP dengan pulsa tersedia namun jaringan ‘mlehoy’ dipastikan tidak bisa ikut CC Online. Hikmah dari kegiatan Cerdas Cermat Online peserta didik yang kebetulan tidak diajar oleh penulis jadi punya pengalaman menyenangkan, bahkan minta penulis untuk mengajar IPS di kelasnya. Karena mereka tahu bahwa selama ini kegiatan Penilaian IPS dilakukan secara masif dilaksanakan online di kelas, dan untuk latihan dilaksanakan di rumah. Perubahan kecil yang mudah-mudahan bisa berdampak besar. Selembar piagam dan satu buah hadiah buku diary, diberikan kepada peringkat 1-3 pada puncak kegiatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Ada senyum bahagia.

Selamat Kepada               Ainun Fauziah Kelas VII.9 sebagai Juara Pertama

                                                Muhammad Khairul Ihwan Kelas VII.9 sebagai Juara Kedua

                                                Muhammad Ghaza AlGhazali Kelas  VII.5 sebagai Juara Ketiga

Artikel ini juga tayang di Gurusiana

https://ridwan1967.gurusiana.id/article/perubahan-kecil-saja-5346235

Ada yang beda pada kegiatan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di sekolah kami tahun ini, kegiatan lomba cerdas cermat yang biasanya dilaksanakan monoton dengan bertatapan langsung antar peserta didik dengan juri. Kali ini penulis berinisiatif melakukan perubahan kecil dengan format beda, Cerdas cermat Pengetahuan Agama Islam secara Online dengan menggunakan aplikasi/program quizizz. Alhamdulillah kegiatan ini direspon positif oleh peserta didik terbukti pada tangkapan layar hasil akhir sebanyak 231 aktif berpartisipasi. Jumlah soal sebanyak 100 butir dengan ketepatan 75% dikerjakan bersamaan selama 90 menit ditempat masing-masing.